Tidak seperti generasi sebelumnya yang memandang aset properti merupakan lambang kesuksesan, milenial justru lebih memilih pelesiran karena menyangkut pertambahan pengalaman hidup. Itulah mengapa, para milenial usia 15 tahun hingga 30 tahun yang jumlahnya mencapai 35 persen dari total populasi Indonesia memilih menunda beli properti. Padahal properti bisa dijadikan modal untuk membantu hidup di hari tua kelak. Hasil survey menyatakan di tahun 2020, hanya 5% kaum milenial (kelahiran antara 1982 – 1995) yang sanggup membeli rumah. Sisanya, 95% tak memiliki tempat tinggal.
Mendengar
kabar tersebut membuat sedih kaum milenial. Bagaimana tidak? Kenaikan upah
sangat berbanding terbalik dengan kenaikan properti yang sangat tajam. Untuk di
kota-kota besar, kenaikan harga property mencapai 17%, sedangkan kenaikan rata
rata upah daerah berkisar 10%, ini belum termasuk biaya hidup semakin tinggi
yang harus dijalani kaum milenial.
Melihat fakta-fakta
tersebut, bagaimanapun rumah adalah kebutuhan pokok yang setiap orang pasti
ingin memilikinya. Beberapa hal yang mungkin yang mempengaruhi rendahnya
investasi milenial di sektor properti di antaranya:
1. Berubahnya cara pandang (bagi millenial,
tempat tinggal adalah tempat pribadi, bukan status sosial).
2. Tidak peduli manfaat investasi
3.
Minim
pengetahuan ilmu investasi
4.
Lebih
suka mengikuti gaya hidup yang sedang hits
5.
Tidak
berpikiran jauh saat membelanjakan uang
6.
Pendapatan
yng sedikit
7.
Inginya
serba Instan
Solusi permasalahan diantaranya:
1. Berdoa agar bisa segera memiliki
properti.
2. Tunda kesenanganmu dan menabunglah!
3. Bekerjalah lebih keras dan lebih
cerdas
4. Beli tanahnya lebih dahulu
5. Berbisnis